penampakan di wajan, masih tahap pengolahan |
penampakan ketika sudah jadi, sayang burem…^^ |
Pertama kali kenal asem-asem iga itu dari mertua, kalo resep mamaku lebih kepada bentuk sop iga pake jeruk nipis. Nah si manis asem-asem iga ini keasamannya dihasilkan dari belimbing sayur. Tertarik? Hmm, sebenarnya resep ini sudah sejak lama dikasih ama mertua. Waktu itu Aku, kak Kiki dan Rima belajar sama mama. Setiap kumpul bareng memang Mama sering membuat menu ini. Itu juga kalo kami ga bawa masakan ya (biasanya jika kami berkumpul di rumah mertua maka tiga mantu cantik akan janjian mau bawa apa, mulai dari sayur, lauk pauk hingga hidangan penutup dan kue-kue) :D.
Namanya juga resep dari seorang Mama yang jago masak, itu resep ga ditaker, kita cuma dikasih tau bahannya apa aja dan cara memasaknya. Ini nih resepnya (aseli tulisan di sms mertua nih):
Didihkan air + daging iga sampe empuk + irisan bawang merah dan bawang putih, laos, salam, belimbing sayur, gula jawa, 1 cabe merah dibelah dua (jika suka) + tomat iris.Sambelnya:rebus cabe merah, bawang merah dan putih, ulek dengan ditambahkan kuah asem-asem iga dan cuka.
Ya, mama mertua memang kalo masak itu ya ga pake resep (beda banget ama aku), tapi pake perasaan (rasanya perasaan udah dipake deh, tapi kadang belum pas aja). Walhasil ketika mencoba resep ini aku harus mendayagunakan perasaan dan perkiraan yang jitu. Aku mencoba buat dengan 1/2 kg tulang iga ya kira-kira bawang merah 4-5 biji, bawang putih 4 biji, laos satu jempol, salam 2 lembar (biar wangi), belimbing sayur kemarin cuma ada 2 biji (jadi kutambahkan cuka aja), gula merah beberapa iris (tergantung selera), tomat satu buah, cabe merah 2 buah.
Ketika masak pergunakan seoptimal mungkin perasaan kamu, dan ucapan-ucapan baik agar masakan itu enak (terinspirasi dari Fathimah Az Zahra yang ketika memasak selalu bedzikir). Alhamdullillah setelah jadi asem-asem iga nya hmm..dipuji enak ama My Soulmate dan anakku pada suka. Alhamdullillah.
Ya, memasak itu begitu. Perasaan kita turut mendukung. Kadang kalo kita udah kepedean dengan masakan kita terus bangga dan gimana gitu ketika memasak justru tak mengahsilkan yang terbaik, terutama di lidah yang makan. Jadi Aku pun berusaha rendah hati ketika memasak agar masakan yang tercipta sesuai dengan suasana hati kita saat itu. Smile dalam memasak insya Allah hasilnya juga menggugah selera. 😀
Salam persahabatan untukmu. Baca juga daftar isi