Arsip

kecubung 3 warna

Kecubung 3 Warna

Pada cerita sebelumnya:
Sita hamil karena perbuatan Todi. Namun apa daya ketika Todi hendak mempertanggungjawabkan perbuatannya Todi sekarat akibat kecelakaan lalu lintas yang menimpanya. Dalam sekaratnya ia meminta Fikri menggantikannya menikahi Sita. Setelah wasiat itu diucapkan Todi meninggal dunia. Fikri pun memohon ijin orang tuanya untuk menikahi Sita. Namun orang tua Fikri yang awalnya tidak mengijinkan, akhirnya menyetujui pernikahan tersebut dengan syarat Fikri dan Sita tidak berhubungan suami istri hingga anaknya lahir dan mereka menikah ulang. Sementara Sita justru dibujuk-bujuk oleh orang tuanya agar mau menerima lamaran Fikri. Setelah mereka menikah ternyata datanglah Dion, bahkan Dion akhirnya jalan bareng Sita ke ulang tahun sepupu Dion. Bagaimana selanjutnya, simak cerita berikut ini. Simak cerita sebelumnya di mba Errin – Part 1 dan mbak Henny-Part 2.
***
Selesai sholat maghrib berjamaah dengan Sita, setelah mendoakan kedua ibu bapaknya, Fikri berdoa agar kandungan Sita sehat selalu, dan mereka mendapat jalan keluar terbaik untuk ke depannya. Sungguh sebenarnya Fikri agak sedikit kuatir dengan keberadaan Dion. Ia punya firasat tak baik terhadap Dion. Namun buru-buru ditepisnya perasaan itu, ia kuatir salah menilai.
Sungguh dalam hati Fikri ia sangat-sangat mencintai sita, namun ia berusaha tak terlalu menunjukkan pada sita kuatir berbuat yang lebih dari yang seharusnya, ia teringat kata ibunya bahwa ia dan Sita belum boleh berhubungan lebih jauh. Seorang pria dan wanita dalam satu rumah, sudah sah menikah, namun belum boleh berhubungan, betapa menyiksanya.
***
Berita bom kembali mencuat, sudah door to door ke rumah-rumah. Seorang kompol polisi akhirnya harus kehilangan tangannya akibat salah dalam prosedur membuka buku yang diduga menyimpan bom. Yang mengenaskan bom itu ditaruh di dalam buku. Asyik sekali Fikri menonton siaran berita, sambil mencomot ikan bawal yang digoreng Sita.
“Fik..”
“Ya..ada apa Sit..”
“Aku senang bisa sholat jamaah dengan kamu..”
“Kenapa senangnya Sit..ah dari awal juga saya udah ajak kamu..kamu aja selalu ga mau”
“Fik..”
“Ya Sit…”
“Ada sedikit perasaan bersalah tadi sewaktu saya pergi dengan Dion, sepertinya saya membuat kamu tersinggung”
“o bukannya aku ga ijinin kamu pergi dengan Dion, tp inget juga kesehatanmu, ga baik wanita hamil pulang hingga larut begitu, dengan yang bukan suaminya lagi, apa kata orang”.
Dinasihati begitu Sita melangkah ke kamar, malu.
***
Awww….Fikri tolongin akuuu…
Fikri yang sedang menjemur cuciannya kaget bukan kepalang, maklum ibu hamil kalo udah teriak gitu suka bikin kuatir, takut kenapa-napa
“kenapa Sit”
“ini jariku ketusuk jarum, aku lagi jahit baju bayi, tolong ambilin kotak obat, ambil obat merah Fik”
“kotak obat dimana ya Sit?”
“uuuu..itu di atas kulkas, cepetan Fik,,sakiit banget nih”
“iya–iya sebentar ya…”
hup…Fikri cepat mengambil obat merah dari kotak obat, mencelupkan cotton buds kemudian membubuhkan pada luka di jari Sita. Pelan ia melakukannya. Kegiatan Fikri itu dimanfaatkan Sita untuk memperhatikan Fikri lebih dekat. Baik sekali dia, Sita membatin. Sadar sedang diperhatikan, Fikri pun mengangkat kepalanya. Pandangan merekapun bertemu. Entah mengapa ada desiran lembut muncul dihati masing-masing. Tak lama keduanya kembali tertunduk, dengan wajah yang bersemu merah.
“nah, sudah kan, udah gapapa, selanjutnya hati-hati ya Sit. aku lanjut jemur lagi ya..”
Baik sekali Fikri …
Ahh…
Dia itu nikahi aku cuma melaksanakan wasiat seorang sahabat??
betapa kasihan dia harus menikahi aku yang ga perawan lagi,,sedang hamil pula. Sungguh kasihan pria seperti dia harus nikah ama aku,,
***
Bertuturlah cinta
mengucap satu nama
Seindah goresan sabdamu dalam kitabku
Cinta yang bertasbih
Mengutus hati ini
Kusandarkan hidup matiku padamu
Siang itu lagi asyik-asyiknya mendengar lagu Ketika Cinta Bertasbihnya Melly Goeslaw hape sita berdering..
“Hallo Sita sayang..”, Dion merayu
“iih..ngapain sih pake sayang-sayang segala”
“ah galak amat kamu, akibat jabang bayi ya sayang”
“Mau ngapain sih..?suara kamu aneh banget”
“jangan gitu sayang…”
“Sita, lebih baik kamu jangan menikah dengan fikri..”
“kenapa?”
“kamu ga tau, dia itu sebenarnya ga suka ama kamu…”
“terus korelasinya dimana?emang kenapa kalo dia ga suka ama aku?bukan urusan kamu yon”
“Fikri itu cuma mau jalanin wasiat todi aja..kalopun dia menikahkan kamu, setelah itu dia bisa poligami ke orang lain..jadi lebih baik kamu ama aku aja..aku yang telah menunggumu selama ini…”
“Ah..yon,,hubungan kita udah lama putus,,sejak kau pergi begitu saja ke Amerika setelah lulus SMU dulu, tak bilang pula ke aku. Dan setelahnya aku denger kabar kau sudah berubah di Amerika, jadi kupikir sudahlah kita jadi teman biasa saja”.
“Siapa bilang aku udah berubah sit..fitnah itu semua..hanya omong kosong orang yang ga suka hubungan kita saja”
“lantas, kenapa waktu itu kau pergi diam-diam dari aku?”
“Aku buru-buru Sit…aku sibuk sekali disana, sepertinya hari-hari ga berhenti untuk aku”
“Ah, kamu bohong”
“tidak Sit.”
“sudah dulu ya, aku lagi mau masak nih”
***
Air rebusan yang menunggu bayam dimasukkan ke dalamnya hampir saja habis tak bersisa jika Sita tak segera tersadar dari lamunannya.
“Ah, bikin pusing aja..tapi bener juga kata Dion tadi, kalo Fikri menikahiku tanpa mencintai bisa jadi suatu saat ia akan meninggalkanku, atau poligami dengan wanita lain. ahh..aku belum siap menjadi istri yang dipoligami”kata hati Sita yang satu sambil tangannya terus mengiris bawang.
“Tapi Fikri itu tipikal suami yang baik Sita, ia mau ikut mengerjakan kerjaan rumah tangga, jarang ada lelaki seperti itu…”kata suara hatinya yang kedua.
“Kata-kata Dion tadi menyiratkan rasa rindu mendalam Sit..dialah sebenarnya yang mencintaimu..cinta itu harus dikatakan”kata hati Sita ketiga.
“heh jangan sampe deh sit kamu dipoligami..hiii..amiit amiit deh”balik lagi ke hati pertama.
“tapi yang pasti Fikri sudah membuktikan dengan perilakunya bahwa ia adalah suami idaman, terang aja dia belum nunjukin ama kamu,,surprise kali..”kata hati kedua tak mau kalah.
“tetep aja yang namanya cinta harus diucapkan…”kata hati ketiga ikutan sewot.
Hahhh…bisa-bisa masakan ini rasanya aneh gara-gara dimasak sambil melamun.
Akhirnya Sita memutuskan tak mau memikirkan dulu masalahnya sampai urusan memasak selesai.
***
Dalam perjalanan menuju halaman parkir motor depan kampus Fikri sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia akan menuju rumah murid privatnya siang itu.
Apakah Sita suka hidup denganku?
ahh aku bingung juga nih,,apakah dia bahagia??
susah sih, wanita sulit untuk ditebak isi hatinya.
Sebagai anak yang dilahirkan dengan saudara kandung laki-laki seluruhnya memang Fikri merasa sedikit kesulitan memahami wanita. Ia masih gagap akan hal ini, apalagi ia hanya sekali merasakan pacaran, itupun hanya cinta monyet semasa smp.
***
Sita yang kelelahan habis masak akhirnya tertidur.
Dion-Dion…

yang dipanggil menoleh sekilas…

lapangan sekolah masih ramai, anak sekolah yang baru pulang sekolah menuju tujuan yang sama ,pulang. Ada juga yang masih tinggal di sekolah karena ada ekskul juga mereka yang jalan berdua ada beberapa…salah satunya Sita dan Dion.
“kenapa Sit…??”

“uuh..Sita ga bisa ulangan fisika tadi..”

“alah, biarin aja…ga usah terlalu dipikirin sit, ga ada gunanya”

“tapi aku kan mau pinter”

“pinter tuh bukan hanya di pelajaran”, Dion berujar asal.

“ah, cape ngomong sama kamu, dah ah..aku ditunggu mira di depan”

“eits..tunggu dulu…jalan yuk…”

“emang mau kemana?”

“nonton aja yuk..”

“emang ada film bagus?”

“ada..Heart”

“oh..yang yang dibintangi Acha Septiarsa dan Irwansyah itu ya itu ya? boleh..tapi aku ga bisa sekarang, udah janjian ama Mira mau ke rumahnya..katanya ibunya hari ini masak gule ceker, aku kan paling suka gule ceker, kalo ditawari pasti mau..”

“ga papa..entar malam aja, jam 7 kujemput ya,,”

“oke deh, bayarin ya…kan kamu yang ajak”

“ya iyalah..”
Itulah saat terakhir Sita dan Dion janjian ketemuan nonton ketika mereka masih SMU sekitar 5 tahun yang lalu.
Dalam mimpinya Sita menangis,ia menyesali Dion yang tak bilang-bilang ketika akan ke Amrik, dan dikabarkan dia sudah berubah gaya hidup pergaulan super bebas, ia mencintai Dion ketika itu, hanya cinta monyet sih namun manis.
Kemudian..
“Sita sayang bagaimana kabarmu sayang, bagaimana kandunganmu. Mudah-mudahan kalian baik-dan sehat saja. Yakinlah sita, Fikri itu pilihan yang terbaik aku pilihkan padamu. Sayang menikahlah dengannya”
(Todi pun kembali berjalan menyusuri perbatasan waktu yang tak bisa digapai oleh Sita…)
Todi–todi…jangan tinggalkan aku,, tangisnya membuat sarung bantal basah semua…
Sita terbangun
“Ah. ternyata aku hanya bermimpi, mimpi yang begitu nyata…”
***
Di rumah Sita baru saja selesai mandi lalu sholat Ashar ketika Fikri datang.
“Assalaamulaikum”
“Waalaikumussalaam”
Sita yang merasa lebih nyaman sore itu setelah mimpi yang datang siang tadi sekarang sedang duduk manis menonton acara TV sore itu.
“Bagaimana tadi anak privatmu Fik?masih seperti kemarin uring-uringan ga mau belajar?”
“Iya, aku sampai harus menunggu 1/2 jam nungguin dia main game Sit,uh anak sekarang padahal udah mau UN tetep aja susah disuru belajar. Orang tuanya juga sih terlalu memanjakan, harusnya umpetin aja dulu semua game yang dimainin anaknya itu kalo udah selese belajar baru dibolehin main lagi. Susah juga sih, dua-duanya ortunya kerja, dan kerjanya sampe malam pula. Anaknya ga keurus deh, padahal cuma anak satu-satunya.”
“Hmm..masak apa sit..enak aromanya..”Fikri sambil negeluyur ke dapur ambil piring dan gelas.
“Cuma sayur bening bayam campur jagung, orek tempe, tahu pedes dan kerupuk pangsit ..kan tadi pagi kamu yang bilang lagi pengen tahu tempe”.
Sambil meraih piring yang telah dituangkan nasi oleh sita. Sita berujar.
“Fik…”
“Ya…”Fikri sambil menyuap nasi pakai tempe.
“Kandunganku sudah menginjak 35 minggu, kata Dokter Susi kemarin kan kandungan 37-38 minggu perkiraan sudah melahirkan”
“Ya…hmmm..terus..”
“Aku mau belanja keperluan bayi biar ditemenin Mira ya..”
“oke gapapa, mau kapan?”
“Besok kayanya, tapi entar tanya mira dulu deh kapan dia bisanya”
“Bagus lah ama Mira, dia kan udah pernah melahirkan jadi tau lah kebutuhan bayi baru lahir”
“aku telepon Mira dulu deh…”ujar Sita sambil meraih hapenya.
Tuut..tuut
“Assalaamulaikum, halo Mir..”
“Waalakumussalaam, hai apa kabar nih bumil, sibuk ya bu,,ampe ga pernah apdet FB nya lagi nih.”
“Iye nih Mir, maklum bumil tua, udah cape ama kerjaan rumah, hehe..eh Mir besok bisa anter gue gak beli peralatan bayi, gue udah 35 minggu nih kelupaan belum nyiapin apa-apa”
“boleh-boleh..ke Ambas aja..gue juga dulu belanja di sana toko Ocha, lumayan miring harganya sit”
“oke besok jam berapa lo bisanya Mir..”
“jam sepuluh aja ya sit, biasalah emak-emak, pagi-pagi bebenah dulu terus nitipin Ziddan ke Ibu”
“Wah..udah lama ga liat Ziddan..udah besar ya sekarang?”
“hampir setahun Sit, tambah montok. Biar besok gue aja ke rumah lo. Ambas kan lebih deket ama rumah lo..”
“iya deh, sampe besok ya Mir, thanks ya..”
Sejak hamil dan menikah memang sita sudah jarang meng update akun jejaring sosial nya. Malu.
***
Ting nong…
“Assalaamualaikum”
“Waalaikumussalaam”
Sita membuka pintu
“langsung jalan aja yuk Mir..”
Mereka pun mencegat taksi yang kebetulan lewat. Sita udah ga kuat kemana-mana pake bus atau angkot, takut jatuh ketika turun.Begitu sampai Ambas mereka langsung menuju toko Ocha, membeli keperluan bayi, setelahnya lanjut makan siang di Food Court.
Mira langsung membeli Singkong Chiquita kesukaannya, “lo harus cobain, enak banget…hidangan pembuka”
“gaya lo..”ujar Sita geli melihat ekspresi sahabatnya yang keliatan udah muka pengen banget ama tuh singkong, tapi setelah dicoba emang bener enak. Sita saja langsung beli 3 bungkus. Satu untuk Fikri, dua untuk dirinya sendiri.
Dan ketika mereka sedang asyik makan sambil mengobrol lewatlah sepasang kekasih melewati jajaran meja makan, kebetulan posisi meja Sita dan Mira agak di sudut jadi tidak terlihat oleh sepasang kekasih tersebut. Namun tanpa sengaja sita melihatnya.Dan serta merta kaget dibautnya. Mira juga melihatnya.
“Tuh sit, si Dion…mantan lo smu dulu…ah untung lo ga jadi ama dia…playboy…gonta ganti pacar terus…”
“kok elo tau Mir…”
“iyalah bu..lewat Fb..baru-baru ini gue temenan ama dia..tau tuh tiba-tiba dia yang add gue,emmh fotonya ama cewek-cewek..bejibun…”
Dalam hati Sita teringat ucapan Dion beberapa hari yang lalu,” uhh..kena juga gue dirayu ama dia”.
Dan Sita bersyukur sudah keburu tahu sebelum digombalin lebih jauh.
“mmh..baru-baru ini gue juga sempet jalan bareng dia Mir..”
“hah,,kemana??emang Fikri ngijinin?”
“ke ultah sepupunya Dion, ga enak gue kenal sepupunya itu, kebetulan Fikri ga bisa anter ada les privat, jadi gue di antar jemput Dion”
“Ah..hati-hati aja lo Sit..udah banyak korban play boy itu”
“Iya..sejak dulu dia tinggalin gue ke Amrik juga gue udah ga mau lagi ketemu di
“Kok dia bisa tau nomer elo?”
“tau tuh..mungkin cari ke temen-temen kampus kali..kebeneran emang ada temen kampus yang tetanggaan ama Dion, tetangganya itu udah tau gue dari dulu kita pacaran ketika SMU”
“terus dia gombalin elo..hehe..”
“iya..ah ga gue tanggepin…mau dia bicara cinta ama gue 1000 kali tetep ga ngaruh ama gue…apalagi setelah tau kalo dia itu play boy”
“eh..Sit ngomong-ngomong gimana rencana lo setelah anak lo lahir..mau lanjut ama Fikri atau gimana? kan setau gue ortunya Fikri mensyaratkan aturan lo harus nikah ulang jika ingin lanjut dengan Fikri atau memutuskan saja pernikahan itu jika elo ga mau lanjut. Emang aturan agama sih ya? tapi ga banyak yang tau tuh…tapi emang aturan itu menjadi penting untuk kasus kaya elo gitu…yang ditinggal mati Todi. Tapi walaupun Todi ga meninggal pun tetep aja kan perempuan yang hamil itu ga boleh dinikahin. Harus nikah ulang. Itu kata Pak Ustadz deket rumah gue, setelah kasus elo gue jadi banyak masalah ini ke Pak Ustadz”.
“Iya nih gue masih bingung Mir….gue jadi bingung…masalahnya gue takut aja dia cuma nuruti wasiat Todi aja. Walaupun kata Todi, Fikri itu suka ama gue jauh sebelum Todi nembak gue tetep aja gue belum yakin. Gue takut jika pernikahan tidak karena keinginan sendiri kan namanya terpaksa, terus suatu saat dia akan ninggalin gue atau poligamiin gue..gue belum sanggup Mir..walo gue tau itu boleh dalam agama”.
“Sikap Fikri emang selama ini gimana Sit..?”
“Yah biasa aja ama gue,,tapi dia baiiiikkk banget mau lo cuci baju dan jemur di saat gue udah lelah ngelakuin itu semua, juga menyapu dan mengepel rumah, untung rumah kami kecil”.
“Wah calon suami idaman tuh sit…lo udah pernah menanyakan Fikri akan hal ini sebelumnya..”
“Belum…Mir…
“ahh..lo gimana…uda ditanyain dulu…”
“gue pernah denger bahwa jika kita menikah dengan orang yang mencintai kita maka itu lebih baik walaupun kita tak mencintainya, dibandingkan menikah dengan orang yang sama sekali tak mencintai kita.dilema bagi gue..”
“Gue ngerti Sit..dilema memang…disatu sisi juga lo belum ada rasa ke dia gitu..”
“Ah..ga tau deh..gue mulai tak mengerti apa makna cinta Mir…hati gue beku sejak beberapa bulan ini”
“bisa jadi Fikri bersikap dingin,,supaya dia tak berbuat yang belum boleh maka dia bersikap datar-datar aja ama elo..laki-laki emang bisa begitu sit…mereka kan berpikir dengan logika..ga kaya wanita yang dengan perasaan”
“Ga taulah Mir gue belum sanggup memikirkannya lebih jauh..gue masih konsen dengan kelahiran anak gue..”
***
Beberapa hari kemudian fikri menuju rumah Ustadz Ahmad.
“Assalaamualaikum ustadz”
“Waalaikumussalaam..wah ada apa sore-sore begini datang berkunjung nak Fikri..sini kebetulan Ummi sedang bikin mendoan sambal kacang loh…tuh lagi digoreng…”
“wah saya datang di saat yang tepat kayanya nih Pak Ustadz…”
“Ummi…Ummi…sini ada nak Fikri..”
tergopoh-gopoh Ummi ke teras
“wah nak Fikri, tambah gemuk aja nih..bagaimana kabarnya Sita dan kandungannya..sehat?”
“iya nih Ummi..Sita pinter masaknya..saya jadi nambah terus makannya..alhamdullillah kandungan Sita sehat ummi sudah masuk 36 minggu, insya Allah sekitar 2 minggu lagi Sita melahirkan”
“wah..alhamdullillah semoga lancar ya nak..eh sebentar ya Ummi ambil mendoan dulu..kebetulan tadi baru selesai digoreng,,sama sambal kacang loh..kesukaannya nak Fikri”
“iya Ummi, terimakasih”
“mari-mari, waduh lupa disuruh duduk nih nak Fikri, silahkan aja loh nak..jangan sungkan-sungkan”
Pak Ustadz dan istrinya selalu begitu..ramah dan hangat menyambut tamu…berasa raja saja berkunjung ke rumahnya.
“begini Ustadz saya mau meminta nasihat”
“iya, ada apa tho nak, pasti berkaitan kelanjutan hubunganmu dengan Sita kan..?”
“ah..Ustadz sudah tahu duluan nih..bagaimana ya Ustadz..saya kok masih bimbang..”
“kenapa tho bimbangnya?sudah sama-sama selama ini kok masih bimbang?”
“Entahlah Pak Ustadz..saya masih memikirkan keputusan saya sendiri untuk menikahi Sita, apakah saya sudah sanggup menjalani hal tersebut. Saya kuatir ini hanya karena saya ingin menjalani wasiat Todi saja Ustadz.”
“Saya mengerti kebimbangan nak Fikri, berat memang menikah dengan seorang yang sudah hamil, tapi sebelum menikah dan bukan dengan kita sendiri pula, saya paham nak.”
lalu Ummi datang membawa sepiring tempe mendoan berikut sambal kacang dan teh manis hangat.
“makasih Ummi, wah Ummi kok repot sendiri..?dimana Siti?”
“Siti lagi ikut les matematik, uda kelas 6 dia sekarang, bentar lagi mau UN…kuatir banget deh Ummi..mudah-mudahan dia lulus deh..susah pelajaran sekarang ya nak Fik..”
“iya Mi, tapi saya yakin, anak serajin Siti akan lulus Mi..”
“iya deh mohon doanya aja ya nak…permisi Ummi ke dalam dulu ya..silahkan lanjut ngobrolnya ya..”
“iya Mi,,,”
Ummi pun masuk ke dalam rumah
“Sudah istikharah belum nak Fik..”
“Sudah Ustadz..tapi saya kok merasa belum ada jawaban ya..”
“yah diulang lagi istikhrah nya, sampai kau yakin dan mantap dengan keputusan mu..”
“saya masih bingung juga dengan Sita..”
“yah ajarin juga dia untuk istikharah, juga cobalah kalian bicara hati ke hati, sambil minum teh..kaya iklan ya..”
“Bukan begitu pak..tapi akhir-akhir ini Sita mulai menjalin hubungan kembali dengan mantan pacarnya, saya belum tau seberapa jauh hubungan mereka, saya ga berani mengira-ngira. Kalo memang sita ingin dengan mantan pacarnya itu saya tidak keberatan pak..namun saya melihat ada hal yang tidak baik dari mantannya itu, saya kuatir akan Sita dan bayinya kelak. Saya bisa ikutan dosa jika membiarkan Sita ke tangan lelaki itu.”
“Sudah dicoba bahas hati ke hati belum nak…biar kau tahu apa sebenarnya yang terjadi.”
“Belum Ustadz..obrolan kami selama ini lebih kepada hal-hal umum dan sehari-hari saja, belum membicarakan kelanjutan hubungan kami..saya juga selalu ragu kuatir Sita jadi pusing memikirkan.”
“Ah..gapapa nak ditanyakan saja sekarang, kalo keburu sita melahirkan tambah repot lagi cari waktu karena ada bayi.”
“begitu ya ustadz, baiklah saya akan membicarakan segera hal ini ke Sita. Kenapa ya tiap ke Ustadz selalu ada nasihat sederhana tapi mantap. Saya selalu menunda dan ragu membicarakan hal ini dengan Sita.”
“Sudah dicoba saja, yakinkan aja, niatkan untuk kebaikan kalian juga..”
“baik Ustadz…”
Saat itu hampir maghrib..
“Ustadz saya permisi dulu,,”
“Wah buru-buru nih nak Fikri, ga sholat di sini aja dulu..Ummi–Ummii..Fikri mau pulang nih..”
“Oya nak Fikri…ga sholat di sini dulu…”tiba-tiba Ummi datang
“terimakasih Ustadz..Ummi…saya kuatir kemaleman…di rumah saja sholatnya”
“baiklah hati-hati nak”
“permisi ustadz, ujar Fikri sambil malajukan motornya”.
***
Sesampainya di rumah sita sudah menyambut. Fikri masih bimbang kapankah harus ia bicarakan hati ke hati dengan Sita. Ia sudah lelah sekali. Ah malam minggu saja deh.
Sita pun berpikir hal yang sama dan sibuk memikirkan perkataan Mira tempo hari…
***
Malam minggu itu langit cerah…Fikri sudah meniatkan untuk mengajak Sita ke kafe Daun yang tak jauh dari rumah mereka. Di sana dia akan mencoba bicara hati ke hati dengan Sita.
Sita tentu senang sekali..baru kali ini Fikri mengajaknya ke kafe..ahh mungkin dia baru dapet rejeki..
***
Setelah mengambil tempat di pojok dan memesan makanan
Alunan lagu Ketika Cinta Bertasbih mengalun lembut….
Bertuturlah cinta
mengucap satu nama
Seindah goresan sabdamu dalam dalam kitabku
Cinta yang bertasbih
Mengutus hati ini
Kusandarkan hidup matiku padamu
“Enak makannya Sit..”
“Enak Fik…”
“makan yang banyak, ibu hamil harus kuat”
Sedetik pandangan keduanya bertemu…
Entah apa maknanya. Dan keduanya kembali sibuk dengan makanan dan pikiran masing-masing.
Bisikkan doaku
Dalam butiran tasbih
Kupanjatkan pintaku padamu Maha Cinta
Sudah di ubun-ubun cinta mengusik resah
Tak bisa kupaksa walau hatiku menjerit
“Aku kasihan denganmu Fik..harus menikah dengan orang yang sebenarnya tak kau cintai hanya menjalani wasiat sahabat, sedang hamil pula”, Sita dalam hatinya terus mengatakan hal tersebut.
“Apa yang terjadi Sit..katakanlah jika memang dion pilihanmu aku akan melepaskanmu..tapi mengapa firasat hati mengatakan bahwa Dion itu bukan lelaki baik”, Fikri terus berujar dalam hatinya.
Hingga selesai makan mereka tak mengobrol, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Ketika Cinta bertasbih Nadiku berdenyut merdu
Kembang kempis dadaku merangkai butir cinta
Garis tangan tergambar tak bisa aku menentang
Sujud sukur padamu atas segala cinta
Selesai makan, Fikri mengajak Sita ke taman, hanya taman biasa tapi cukup banyak orang disana.
“Sit..”
“Ya..”
” mmh…”
“apa?”
“semoga Todi tenang di alam sana ya..”
“amin..”
“mmh..”
“sebenarnya sudah lama aku ingin bicarakan hal ini ke kamu, tentang kelanjutan hubungan kita..”
“hmm…”
“ya kelanjutannya bagaimana?”
“Aku tak tahu..”
Mereka memasuki taman kota dan duduk di bangku taman. Suasana langit cerah ketika itu. Bintang berpendar dengan indah, kilauannya begitu memikat.
“Justru aku yang tanya ke kamu Fik…sebenarnya aku kasihan sama kamu karena harus menikah dengan aku..”
“mengapa kasihan..aku tidak butuh dikasihani..”
“Ya..kamu pantas dikasihani..kamu berhak akan wanita lain yang lebih terhormat dari aku, bukan wanita hamil di luar nikah yang ditinggal pergi kekasihnya seperti aku, Sita mengatakan dengan mata berkaca-kaca..”
sedetik hening
“Jadi maksudnmu, aku hanya seorang pengganti di sini Sit…aku hanya suami kontrak seperti katamu waktu kau pulang dengan Dion, hahahaha…maaf Sit..sungguh kamu salah, suara Fikri sedikit meninggi”
“Aku hanya kasihan…kau berhak akan wanita lain..tapi yang pantas dan lebih butuh dikasihani adalah aku..Siti Mashita…seorang wanita hamil luar nikah…, tangis sita pecah seketika.
untungnya posisi bangku mereka agak di pojok taman, sehingga tangisan Sita dan suara Fikri yang meninggi tak terlalu didengar orang.
“kau salah..Siti Mashita..kau pikir aku menikahimu hanya untuk menjalani wasiat Todi…hahaha…”
“Ya, apalagi…”
“coba nanti di rumah kau baca ini…”Fikri menyerahkan sebuah buku…
namun kemudian, berbarengan dengan buku itu sampai di tangan Sita…
“Aduuuhhh…Fik..aku muleeessss….aduuuh…kenapa tiba-tiba……Fiiikkkk cepat panggil taksi…antar aku ke Rumah Sakit!!!”
***
Keesokan paginya Sita melahirkan seorang bayi laki-laki. Diberi nama Muhammad Rafi. Ayah Ibu Sita sangat bahagia dengan kehadiran cucu mereka.
Dari Bogor dengan kereta ekspress malam mereka menuju Jakarta. Orang tua Fikri di Semarang tak bisa segera datang.
Ditimang-timangnya cucu mereka itu, mereka seperti sudah melupakan permasalahan Sita.
Begitupun Sita..ia asyik menikmati mengurus bayinya..hingga lupa kalau dia masih ada permasalahan dengan Fikri yang belum diselesaikan.
***
Ketika bayinya tidur
Sita membuka buku Fikri..hanya sebuah buku tulis biasa.
Tapi ia kaget…setengah mati membacanya.
Depok, 23 Agustus 20008
Ahh..gadis itu begitu manis…siapa dia?

 
Depok, 24 Agustus 2008
ternyata namanya Siti Mashita
Depok, 25 Agustus 2008
wahai bunga…
akulah kumbangmu…
wahai kekasih hati Siti Mashita…
dan yang lebih membuat terbelalak lagi..ada foto Sita disana…
Yah dulu fikri pernah jadi panitia dokumentasi ketika acara Penerimaan Mahasiswa Baru. Dia menjepret ku ketika itu…
***
“Ambillah dia,,aku juga ga mau pacaran”
“Yang bener Fik,,nyesel loh..”
“Jaga dia baik-baik..inget pesen gue,,,gue ga mau dia kenapa-napa”
“iya gue janji ..”
Ah,,rekaman pristiwa itu kenapa hadir kembali … kenapa kau khianati janjimu kawan dan kau pergi sebelum kau bertanggungjawab terhadap Sita…
Di depan kuburan Todi, Fikri akhirnya menumpahkan semua gundah hatinya…selepas memberi privat tadi kenapa ia ingin sekali ke kuburan Todi.
“Sita sudah melahirkan Tod..”
“Aku tak tahu apakah Sita mau melanjutkan menikah denganku, ataukah ia akan memilih Dion….”
“Terus terang aku sedikit kuatir akan keberadaan Dion itu, seperti apakah dia, bagaimana wataknya sebenarnya. Kau tahu pula aku mencintai Sita, aku tak rela sita sampai harus jatuh ke tangan laki-laki tak berwatak baik”.
“Bagaimana dengan bayinya?apakah Dion akan bisa menerimanya dengan baik. Aku menangkap kesan tak baik di mata laki-laki itu Tod, entahlah aku takut berperasangka jika itu belum kubuktikan”.
“Tapi juga, aku kuatir Sita, apakah dia akan mudah terpengaruh oleh Dion, dengan segala rayuan manisnya”.
“Mudah-mudahan Sita dapat memilih yang terbaik”.
Setelah ia mengirim Al Fatihah untuk arwah sahabatnya itu, Fikri pun pulang.
***
Suara tangisan bayi selalu pecah di rumah mereka saat ini,,Raffi anak yang kuat..konon tangisan bayi adalah satu cara bayi untuk memperkuat paru-parunya.
Tak apalah bayi menangis…dan Sita selalu siap memberikan asi pada Raffi.Ia begitu mencintai Raffi.
Tapi ia kepikiran juga dengan Fikri…
“benarkah itu asli buku harian saat tahun 2008, ataukah itu hanya ide Fikri untuk membuatku senang saja..”
***
“Fik..”
“aku sudah baca buku mu..”
“lalu…?”
“apakah benar itu buku harianmu saat itu, atau hanya buku penghibur untukku saja?”
“haaa…maksud kamu aku pura-pura gitu…”Fikri sebal, Sita begitu minder sekali dengan dirinya.
“Tatap mataku dalam-dalam Sita…”
Sita menuruti perintah Fikri
“pandangi aku Sita…pandangi aku dalam…adakah kebohongan di mataku..??”
mata Sita berair…
“Aku hanya …aku hanya…”Sita tak bisa meneruskan kalimatnya sudah keburu menangis
“Aku hanya merasa..tak pantas dicintai,,,apalagi dengan lelaki sepertimu…”
“Kau terhormat, terkenal shaleh, kau hanya menanggung dosa kami..saya dan Todi..”
“kau berhak wanita lain…”
“Tidak Sita…kau tak paham hatiku…, aku…justru ragu di saat kau pergi dengan Dion..apakah kau bahagia denganku..”ujar Fikri.
“Kau berhak untuk terhormat Sita..kau berhak…aku menikahimu..karena..sebenarnya..aku memang mencintaimu…sejak lama…tapi aku bukan mencintai gadis untuk dijadikan pacar..aku mencari gadis untuk menikah dengannya”
“aku akhirnya menyerah dari Todi ketika dia mendapatkanmu..kupikir kalian akan berjodoh,,aku takkan dapat memilikimu…”
“namun ternyata…kudapati kesempatan itu..”
tangis Sita semakin deras…
“Fik…sungguh aku bahagia, masih ada laki-laki yang menganggapku masih terhormat..walaupun aku sudah tak terhormat..”
“mengenai Dion..sungguh saat aku jalan dengannya itu murni aku ingin mengahdiri pesta ultah sepupunya”
“memang dia berusaha merayuku, tapi ketika aku belanja dengan Mira aku dapati dia sedang bersama seorang gadis, mesra, dan menurut Mira, memang Dion itu playboy. Sejak dia pergi ke Amrik meninggalkanku saat dia lulus SMU tanpa bilang-bilang aku sudah berjanji pada hatiku aku takkan pernah mencintainya lagi..”
Sita masih terisak…
“Fik..aku ingin..aku ingin…aku ingin menjadi pendampingmu…”
“bolehkah….”
Fikri tersneyum, ingin sekali ia memeluk Sita…namun ia usir keinginan itu.
“aku akan melamarmu ulang Sita…besok aku akan ke Bogor menemui orang tuamu”
***
Di rumah orang tua Sita…
“Jadi bagaimana keputusanmu nak Fikri, kami bergantung dari keputusan kalian berdua..”
“Semalam kami sudah berbicara Pak, Bu…kami akan menikah ulang…”
“Alhamdullillah…”
***
“Saya terima nikahnya Siti Mashita binti Purnawarman dengan mas kawin uang senilai dua dinar, dibayar tunai” dengan mantap Fikri mengucapkannya.
Di barisan ibu-ibu terlihat seorang wanita cantik “Sita Mashita” menangis keras, kali ini tangisannya adalah tangisan bahagia…
Dan di sudut lain seorang bayi bernama Muhammad Raffi ikut menangis tak kalah kerasnya dengan tangis ibundanya, seakan turut bahagia dan bersyukur atas karunia ini…
Barakallaahu laka wa baroka alaika wa jama’a bainakuma fii khoir…
Bertuturlah cinta
Mengucap satu nama
Seindah goresan sabdamu dalam kitabku
Cinta yang bertasbih
Mengutus Hati ini
Kusandarkan hidup dan matiku padamu
Bisikkan doaku
Dalam butiran tasbih
Kupanjatkan pintaku padamu Maha Cinta
Sudah di ubun-ubun cinta mengusik resah
Tak bisa kupaksa walau hatiku menjerit

 
Ketika Cinta bertasbih Nadiku berdenyut merdu
Kembang kempis dadaku merangkai butir cinta
Garis tangan tergambar tak bisa aku menentang
Sujud sukur padamu atas segala cinta

Artikel ini diikutsertakan dalam Pagelaran Kecubung 3 Warna di Newblogcamp.com
Nb. Cerita ini dipersembahkan oleh “Cerita Bunda” didedikasikan untuk para Orang Tua, Pemuka Agama, Pemimpin Bangsa, Pendidik, Muda Mudi, para Blogger, dan seluruh masyarakat pada umumnya
jagalah anak, umat, rakyat, siswa siswi, diri kita sendiri serta masyarakat; jauhilah pergaulan bebas karena akan meruntuhkan masa depan kita dan masa depan bangsa ini; dukung SEO positif.

Contestant Kecubung 3 warna

(TAMAT)

http://www5.shoutmix.com/?puteriamirillis
ShoutMix chat widget

Hingga kini finalisasi kecubung 3 warna ku bareng mbak errin dan mbak henny belum usai…konon cerita kami jadinya panjaaaaaaannggggg hehehe…bosan ga ya yang baca…
Ceritanya tentang…rahasia dong…(bisa dilempar meja kalo udah bocorin duluan) hehe…tapi yang pasti ceritanya seru deh..(uuhhh promosi)…
Proses pembuatan sendiri rencananya akan kami tampilkan di blog kami masing-masing setelah kami posting ceritanya dan dikirim ke Pakdhe.
Karena ternyata proses pembuatan ini sangat mengharu biru…(halah lebay bangeettt…)..
Maklum kami bertiga ternyata perfectionis banget dengan hasil akhir dari cerita ini…biar hasilnya memuaskan…(ceilaaa…)
Niat kami cerita ini sebagai bentuk penyampaian kami dan tanggung jawab kami terhadap dunia nyata maupun dunia maya…agar keadaan menjadi lebih baik…
Jika pun menang itu kami anggap sebagai bonus…
Nantikan yaaa…insya Allah akan posting dalam beberapa hari ini…mudah-mudahan kita ga telat ngirimnya..malu lah udah ditampilin pakdhe di 3 Bunda Keluar Kandang masak mau masuk kandang lagi…hihihi…apa kata dunia…malu ama anak-anak…si shishil (anak mbak errin), umar dan azkiya (anakku dong), dan calon baby mbak henny di kandungan hehe…
So…Dont Miss It…dan rasakan sensasinya…
Aku Ingin Menjadi Pendampingmu

http://www5.shoutmix.com/?puteriamirillis
ShoutMix chat widget